Mesir Chaos, Ikhwan Tuding Rezim Mubarak di Balik Tragedi Sepak Bola Berdarah
Mesir Chaos, Ikhwan Tuding Rezim Mubarak di Balik Tragedi Sepak Bola Berdarah
Pasca tragedi Sepak Bola berdarah, situasi kemanan di Mesir mulai mengkhawatirkan. Para supporter Al Ahly yang tidak terima dengan tewasnya 73 rekan mereka di Port Said mulai melakukan aksi kekerasan di penjuru kota, termasuk aksi bakar-bakaran.
Anehnya, kontrol keamanan dari pihak berwenang sangat tidak memadai untuk menangani meluasnya aksi ribuan orang yang sebelumnya bergerak di Port Said untuk menuntut balas itu. Salah seorang warga Mesir mengungkapkan, mendadak tidak ada kekuatan polisi di Kairo. Praktis, aksi pendukung tim sepak bola itu menjadi tidak terkontrol.
âSekarang kondisinya chaos. Sejak kejadian di Port Said, tidak ada kekuatan polisi seperti sebelumnya,â ujar Ismail Ramdi seperti dikutip Republika, Kamis (2/2).
Gerakan Islam terbesar di Mesir, Ikhwanul Muslimin, menuding rezim Mubarak di balik tragedi sepak bola berdarah itu. Pendukung Mubarak sengaja memanfaatkan pertandingan sepak bola antara kesebelasan Al Marsy dan Al Ahly untuk menebar kebencian. Lokasi Port said yang masih jadi basis kekutan pendukung pro-Mubarak, menurut Ikhwan, menjadi salah satu penguat argumentasi itu.
Tragedi sepak bolak Mesir berdarah itu dimulai dari kemenangan kesebelasan Al Masry atas Al Ahly. Ribuan supporter Al Masry tiba-tiba merangsek masuk ke dalam lapangan untuk merayakan kemenangan bersejarah 3-1 itu. Bukannya merayakan suka cita, para pendukung tim asal kota Port Said ini justru menyerang polisi, pemain, dan pendukung AL Ahly dengan tongkat, pisau, serta batu. Sedikitnya 73 ora ng tewas dalam tragedi sepak bola Mesir berdarah itu. [IK/Rpb/bsb]
nah sekian itu artikel postingan tentang Mesir Chaos, Ikhwan Tuding Rezim Mubarak di Balik Tragedi Sepak Bola Berdarah semoga sharepaste dapat memberikan tebaik untuk anda , jangan lupa ada yang terkait tuh di bawah ini dan ada juga yang musti kamu baca lewat daftar isinya ^_^Anehnya, kontrol keamanan dari pihak berwenang sangat tidak memadai untuk menangani meluasnya aksi ribuan orang yang sebelumnya bergerak di Port Said untuk menuntut balas itu. Salah seorang warga Mesir mengungkapkan, mendadak tidak ada kekuatan polisi di Kairo. Praktis, aksi pendukung tim sepak bola itu menjadi tidak terkontrol.
âSekarang kondisinya chaos. Sejak kejadian di Port Said, tidak ada kekuatan polisi seperti sebelumnya,â ujar Ismail Ramdi seperti dikutip Republika, Kamis (2/2).
Gerakan Islam terbesar di Mesir, Ikhwanul Muslimin, menuding rezim Mubarak di balik tragedi sepak bola berdarah itu. Pendukung Mubarak sengaja memanfaatkan pertandingan sepak bola antara kesebelasan Al Marsy dan Al Ahly untuk menebar kebencian. Lokasi Port said yang masih jadi basis kekutan pendukung pro-Mubarak, menurut Ikhwan, menjadi salah satu penguat argumentasi itu.
Tragedi sepak bolak Mesir berdarah itu dimulai dari kemenangan kesebelasan Al Masry atas Al Ahly. Ribuan supporter Al Masry tiba-tiba merangsek masuk ke dalam lapangan untuk merayakan kemenangan bersejarah 3-1 itu. Bukannya merayakan suka cita, para pendukung tim asal kota Port Said ini justru menyerang polisi, pemain, dan pendukung AL Ahly dengan tongkat, pisau, serta batu. Sedikitnya 73 ora ng tewas dalam tragedi sepak bola Mesir berdarah itu. [IK/Rpb/bsb]