BurungMu jadi Harimaumu

BurungMu jadi Harimaumu POLITISI  salah ngomong, bisa dinetralisir. Kalau kakak ipar salah ngomong, bukan dinetralisir, tapi malah dilokalisir di kamar tahanan. Soalnya, seperti Kamad, 25, dari Jambi ini, tanpa sadar mengaku pada istri bahwa pernah memperkosa Dewi, 19, adik iparnya. Kontan istri pun lapor polisi.

Orang bijak selalu mengatakan, jangan ambil keputusan dalam kondisi emosi. Hasilnya pasti tidak baik. Padahal sebuah keputusan bila diralat bisa mengurangi wibawa dan kredibilitas. Ya jika keputusan itu belum menimbulkan korban. Jika sudah ada yang jatuh gara-gara kebijakan di luar kontrol itu, siapa yang harus menanggung akibatnya?

Kamad warga Dusun Sengalau Desa Balai Rajo Kecamatan VII Koto Ilir, Jambi, harus belajar banyak tentang kehidupan, bukan sekedar ngurusi “burung”-nya yang mudah hidup. Soalnya seperti yang terjadi beberapa hari lalu, dalam kondisi emosi ditantang cerai bininya, dia pun ngong: “Cerai denganmu, siapa takut? Cerai denganmu aku bisa menikahi adikmu, wong sudah pernah saya perkosa ini…!” Sedikit kata-kata itu, tapi resikonya Kamad harus berlama-lama di sel polisi.

Rumahtangga Kamad baru dibangun sekitar dua tahun lalu, tapi selama itu pula tak ada peningkatan secara ekonomi. Gajinya yang hanya pas-pasan, tak pernah cukup untuk membiayai keluarga. Ironisnya, sementara penghasilannya pas-pasan, justru nafsu Kamad yang berlebihan. Bagaimana tidak? Lihat adik ipar yang belakangan semakin seksi menggiurkan, ukuran celananya langsung berubah.

Adik dari pada istri Kamad memang cukup cantik, jauh lebih cantik dari kakaknya yang kini jadi istri dan kendaraan Kamad. Tiap hari disuguhi pemandangan yang gersang alias seger merangsang tersebut, iman Kamad lama-lama jebol juga. “Iman sebenarnya masih kuat, tapi “si imin” yang nggak tahan…..,” kata batinnya sambil membayangkan bagaimana asyiknya bisa mengencani adik ipar yang sudah mulai laik ranjang itu.

Karena “si imin” terus mendesak-desak minta kebebasan berkarya, Kamad pun tak bisa menghalang-halangi lagi. Maka di kala mertua dan istrinya kerja di ladang, Dewi pun dirayu-rayu agar mau melayani kebutuhan biologisnya. Awalnya gadis itu menolak. Tapi begitu Kamad menodongkan pisau ke mukanya, dia tak bisa berkutik. Akhirnya dengan penuh ketakutan Dewi terpaksa bertekuk lutut dan berbuka pada demi kakak iparnya. “Awas, kalau kamu cerita, saya bunuh kamu!” ancam Kamad lagi, niru pelawak Kadir.

Memang ancaman itu sangat efektif, terbukti Dewi tak pernah bercerita pada orang lain tentang bagaimana sosok Kamad sebagai penjahat kelamin. Dan Kamad sendiri memang hanya sekali itu menyetubuhi adik iparnya, karena peluangnya yang tak pernah klop lagi. Maksudnya, pas istri dan mertua pergi, Dewi sedang sekolah. Atau Dewi ada di rumah, tapi mertua dan istri juga ada di tempat. Bagaimana bisa mengadakan “serangan umum” non 1 Maret 1949?

Maka rahasia itu pun tetap terjaga. Tapi  jika Allah menghendaki, ada saja jalan dan caranya. Seperti yang terjadi beberapa hari lalu, tiba-tiba Kamad dan istrinya ribut, sampai berujung pihak istri minta cerai. Saking emosinya suami, dia pun lalu menantang, “Kamu minta cerai, memangnya saya takut? Lepas dari kamu, aku bisa menikahi Dewi. Toh dia sudah pernah saya perkosa ini……,”

Mendengar kata-kata suaminya, terkejutlah istri Kamad, sehingga dia kemudian melaporkan kepada polisi Polres Jambi. Saat ditangkap Kamad tak bisa mengelak. dia mengaku terus terang memang pernah memperkosa adik iparnya itu. Kamad sungguh tak mengira, bahwa ungakapan lama “mulutmu harimaumu” memang benar adanya.